Sedekah akan Memperbanyak Rezeki Bag.3
by Unknown in Artikel Islami, Yusuf Mansur
بسم الله الرحمن الرحيم
Ust Yusuf Mansur |
Nuniek - Dikesempatan saat ini saya akan melanjutkan pembahasan saya yang lalu tentang Sedekah akan Memperbanyak Rezeki Bag.2 dengan melanjutkannya ke pembahasan Sedekah akan Memperbanyak Rezeki Bag.3, semoga dapat membawa banyak manfaat bagi kita semua.. Amiin ya Robbal 'alamin.
Berikut ini beberapa contoh
hadits yang memberikan motivasi beribadah/beramal:
- Sa‟ad bin Abi Waqqash r.a. berkata, “Suatu hari kami duduk bersama Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa Alihi wasallam, kemudian beliau bersabda, apakah kalian tidak mau mendapatkan seribu kebaikan setiap harinya?! Seseorang yang hadir di situ bertanya, bagaimana caranya mendapatkan seribu kebaikan itu? Beliau menjawab, yaitu dengan bertasbih sebanyak seratus tasbih. Maka baginya tertulis seribu kebaikan dan darinya dihapus seribu kesalahan.” (HR. Muslim).
Nah, hadits ini memberikan
motivasi untuk membaca tasbih sekurang-kurangnya seratus kali. Tapi apakah
setelah tahu bahwa ia bisa mendatangkan seribu kebaikan dan menghapus seribu
kesalahan, lalu kita tidak mau berbuat kebaikan? Tentu saja kita akan tetap
melaksanakan kebaikan yang lain, tidak hanya bertasbih saja. Tapi hadits ini
cukup untuk membuat kita menjadi gemar membaca tasbih. Lalu salahkah kita
mengharap seribu kebaikan datang dan seribu kesalahan terhapuskan dengan
membaca seratus tasbih? Tidak salah, sebab memang Rasulullah yang menawarkan
hal tersebut. Dan ini tidaklah mengganggu apa yang disebut dengan “keikhlasan”.
- Abu Dzar ra berkata, berkata Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa Alihi wasallam, "segala ucapan dari kalian bisa menjadi sedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, mengajak kepada kebaikan adalah sedekah dan melarang kemungkaran adalah sedekah. Hal itu dicukupi dengan dua rakaat yang dilakukan pada waktu Dhuha.” (HR. Muslim).
Di dalam hadits tersebut, Rasul
memberikan motivasi bagi seseorang yang mau melaksanakan ibadah shalat
sunnah Dhuha. Disebut
keutamaannya mencukupi “keperluan” sedekah dengan hanya mengerjakan shalat
sunnah Dhuha dua rakaat. Tapi apakah kemudian kita yang membacanya lalu tidak
mau sedekah lagi? Tentu saja tidak. Kita tetap akan bersedekah kalau memiliki
kelebihan uang. Hanya, setelah tahu keutamaan shalat sunnah Dhuha yang demikian
besarnya, ada kemungkinan bagi seseorang lebih giat lagi melaksanakan shalat
sunnah Dhuha ini. Lalu salahkah kita berharap akan fadilah shalat sunnah ini?
Jelas tidak salah, sebab Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa Alihi wasallam sendiri yang menawarkannya dan
memberitahukannya.
- Abu Hurairah ra berkata, bahwa ada fakir miskin Muhajirin yang datang kepada Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa Alihi wasallam, kemudian mereka berkata kepada beliau, “Enak betul orang-orang yang memiliki harta. Karena mereka meraih derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat seperti kami dan puasa seperti kami juga, sedangkan mereka memiliki kelebihan berupa harta yang dengannya mereka dapat melaksanakan ibadah haji dan umrah serta berjihad dan bersedekah.”
Lalu Rasulullah bersabda, “Maukah
kalian aku ajarkan sesuatu yang dengannya kalian akan bisa mengejar kelebihan
mereka dan dengannya pula kalian akan mendahului orang yang setelah kalian.
Tidak ada orang yang mengungguli kalian kecuali jika dia mengerjakan hal yang
sama dengan yang kalian kerjakan.”
Mereka menjawab, “Mau ya Rasul.”
Beliau meneruskan, “Kalian
membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah selesai shalat sebanyak tiga puluh
tiga kali.”
Abu Shalih, perawi dari Abu
Hurairah, ketika ditanyakan tentang bagaimana mengucapkan zikir tersebut, dia
berkata, “Bacalah subhanallah, alhamdulillah dan Allahu akbar, sehingga
masing-masing dibaca tiga puluh tiga kali.” (Muttafaq „alaih).
***
Begitulah halnya dengan sedekah.
Allah dan Rasul-Nya memberikan spirit, memberikan motivasi, memberikan
stimulus, bahwa bila kita mau bersedekah, maka salah satu keutamaannya adalah
kita dijauhkan dari bala dan dijauhkan dari kesulitan (di samping kita akan
dijauhkan dari penyakit dan ditambah rezekinya). Apalagi janji-Nya tentang
seputar pelipatgandaan amal banyak diabadikan di dalam al Qur‟an. Alias Allah sendiri (di luar
hadits) yang menyatakan/mengundang seseorang beramal dengan imbalan balasan
kebaikan yang lebih baik lagi. Contohnya adalah apa yang tertera di dalam ayat
berikut ini;
- “Barangsiapa yang melakukan amal baik, maka baginya sepuluh kali lipat amalnya…” (al An‟âm: 160).
- “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan satu benih yang menumbuhkan tujuh bulir, di mana pada tiap-tiap bulir mengandung seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang dikehendaki…” (al Baqarah: 261).
Maka tidaklah salah bila kemudian
kita juga berharap balasan dari Allah. Dan sudah barang tentu, bila hal ini
salah, maka Allah sendiri tidak akan menjanjikannya.
Lihat lagi ayat berikut ini, yang
sekilas nampaknya akan kontradiksi:
“… Dan apa saja yang kamu
nafkahkan di jalan Allah, maka pahalanya untuk diri kamu sendiri. Dan janganlah
kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah…”(al
Baqarah: 272).
Tapi ternyata ayat ini bukan
menunjukkan ketidakbolehan meminta kepada Allah lewat jalan amal. Ayat ini
menunjukkan larangan beramal sebab manusia, tapi untuk mencari ridha-Nya dalam
beramal. Dan perhatikan sekali lagi. Malah, bukankah dengan Allah mengungkapkan
keutamaan beramal di jalan-Nya, di ayat-ayat sebelumnya, itu juga menunjukkan
keridhaan-Nya memberi lebih, dan ridha kita memintanya? Ini bahkan dibuktikan
dengan dilanjutkan di ayat tersebut juga (di ayat yang sama) dengan kalimat:
“… Dan apa saja harta yang baik
yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup.
Sedikitpun kamu tidak akan dianiaya.” (al Baqarah: 272).
Dan juga lihat motivasi dari
Allah di ayat berikut ini;
“Sesungguhnya orang-orang yang
mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka
mendapatkan pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak pula mereka bersedih hati.” (al Baqarah: 277).
Jadi, ini tidak terkait dengan
ikhlas dan tidak ikhlas. Inilah hubungan termanis antara Allah dan hamba-Nya,
Rasul dan ummatnya. Bila kita baik kepada Allah dan Rasul-Nya, mematuhi apa
yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka keperluan kita akan
dicukupkan, dan kita akan ditolong.
Sementara itu, teruslah melatih
diri, bahwa tanpa iming-iming surga dan tanpa ancaman neraka, kita bisa juga
beramal, dengan tujuan yang satu; Ridha Ilahi. Kita kan tidak bisa selamanya
seperti anak kecil, yang baru mau menyapu kalau bundanya bilang, “Nak,
tolonglah menyapu… nanti ibu tambahin deh uang saku…” Tidak. Kita harus
melangkah menjadi orang dewasa. Suatu saat, ketika kita sudah dewasa dalam
beragama, maka kita tidak perlu diiming-imingi uang saku untuk menyapu. Kita
akan menyapu, dengan atau tanpa uang saku tambahan. Mudah-mudan Allah
senantiasa memberikan bimbingan bagi kita.
Jadi insya Allah, kalau saudara
berharap sesuatu dari amal saudara, sementara itu pengharapannya hanya kepada
Allah, maka tidak mengapa. Jangan mempersulit diri dengan mengatakan bahwa ini
tidak etis. Etis-etis saja. Wong berharapnya sama Allah. Yang tidak etis itu
kalau justru kita tidak meminta kepada Allah. Dan kemudian kita membicarakan
amal kita di mana-mana untuk tujuan dipuji (sedangkan bila tujuannya untuk
ditiru saja tidak ada salahnya; siapa tahu bisa menjadi teladan). Dalam shalat
saja kita dimotivasi oleh Allah dan Rasul-Nya, bahwa kalau saja kita mau
berjama’ah, maka pahalanya akan dilipatgandakan dua puluh derajat lebih banyak
daripada shalat sendiri. Tentu sebagai seorang muslim, ketika shalat berjama‟ah ini menjadi sifat kita, maka
kita tiada lagi perlu melihat bahwa shalat berjama‟ah ini mengandung keutamaan dua
puluh derajat lebih tinggi daripada shalat sendiri. Artinya, setelah
pembelajaran terjadi, kita bisa shalat tanpa memikirkan lagi tentang pahala.
Begitulah yang diharapkan dari motivasi tentang fadilah sedekah. Sebagai sebuah
pembelajaran juga kiranya.
Tapi baiklah, mudah-mudahan
ketika kita sudah bisa bilang, “masa sama Allah hitung-hitungan (dalam
beramal)…” Mudah-mudahan saat itu kita sudah dimasukkan ke dalam derajat keimanan
yang tinggi yang tidak perlu lagi semacam imbal saja dari Allah. Sekali lagi,
latihlah diri kita dengan amal-amal yang kita lakukan hanya untuk ridha Allah.
Saya kira cukup segini aja dulu yah pembahasan kita tentang Sedekah akan Memperbanyak Rezeki Bag.3, udah mau shubuh.. Semoga dapat memberikan kita semua manfaat yang sebesar-besarnya.