Penelusuran Lebih Lanjut

Archive for March 2013

Batik Fraktal, Gabungan Seni dan Teknologi

by in

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Nuniek Milianti Almela : Batik merupakan ikhwal kriya tekstil yang tak asing bagi orang Indonesia, bahkan sering menjadi sebuah simbol akan bangsa Indonesia. Batik dikenal erat kaitannya dengan kebudayaan etnis Jawa di Indonesia bahkan semenjak zaman Raden Wijaya (1294-1309) pada masa kerajaan Majapahit. Namun pada dasarnya berbagai bahan sandang memiliki corak batik juga dari luar pulau Jawa, misalnya di beberapa tempat di Sumatera, seperti Jambi bahkan beberapa tempat di Kalimantan dan Sulawesi.Batik Fraktal, Gabungan Seni dan Teknologi

Motif batik digunakan mulai dari hiasan, kain sarung, kopiah, kemeja, bahkan kerudung dan banyak lagi. Namun hal yang sangat menarik dengan batik adalah bahwa ia merupakan konsep yang tidak sederhana bahkan dari sisi etimologinya. Batik dapat merepresentasikan ornamentasi yang unik dan rumit dalam corak dan warna dan bentuk-bentuk geometris yang ditampilkannya. Namun yang terpenting adalah bahwa batik dapat pula merepresentasikan proses dari pembuatan corak dan ornamentasi yang ditunjukkan di dalamnya.

Proses batik atau dalam verbia disebut pula sebagai "mbatik", merupakan hal yang
tidak sesederhana menggambarkan sebuah lukisan, misalnya. Multiperspektif yang terpancar dari
ornamentasinya merupakan hasil dari proses dan tahapan-tahapan pseudo-algoritmik yang sangat menarik. Berdasarkan publikasi Batik: The Impact of Time and Environment oleh H. Santosa Doellah yang diterbitkan oleh Danar Hadi, terdapat setidaknya tiga tahapan proses dalam ornamentasi batik, yakni:

1. Klowongan,
yang merupakan proses penggambaran dan pembentukan elemen dasar dari disain batik secara umum.

2. Isen-isen,
yaitu proses pengisian bagian-bagian dari ornamen dari pola isen yang ditentukan. Terdapat beberapa pola yang biasa digunakan secara tradisional seperti motif cecek, sawut, cecek sawut, sisik melik, dan sebagainya.

3. Ornamentasi Harmoni,
yaitu penempatan berbagai latar belakang dari desain secara keseluruhan sehingga menunjukkan harmonisasi secara umum. Pola yang digunakan biasanya adalah pola ukel, galar, gringsing, atau beberapa pengaturan yang menunjukkan modifikasi tertentu dari pola isen, misalnya sekar sedhah, rembyang, sekar pacar, dan sebagainya.

"Batik Fraktal" (CFB=computational fractal batik) adalah bentuk konstruksi yang mengakuisisi keduanya:
antara tradisi Indonesia dan tradisi matematika Barat yang dilakukan secara komputasional.
Desain kriya yang lahir dari tangan pembatik ditiru dalam teknik komputasional melahirkan tak terbatasnya
inovasi kreasi dari apa yang disebut sebagai Batik.

Batik Fraktal Komputasional mewujud dalam 3 bentuk:

-Batik Fraktal Sederhana  hasil simulasi komputer dalam bentuk fraktal yang memiliki kemiripan dengan desain batik tradisional.
-Batik Hibrida : Pola motif dalam fraktal dan motif batik digunakan sebagai bahan ornamentasi dan dekorasi untuk desain batik secara bersamaan.
-Batik Inovatif : Pola motif batik tradisional didesain ulang dengan menggunakan teknologi komputasional fraktal.

Berikut ini adalah beberapa contoh batik fraktal



Ketiga pola ini merupakan bentuk dari implementasi generatif atas kesadaran bagaimana batik memiliki sifat fraktal dan mendukung peluasan bentuk apresiasi terhadap budaya tekstil Indonesia non-tenun ini.

Catatan

Budaya batik berasal dari pemahaman kognitif yang tertuang ke dalam karya estetika visual yang sedikit banyak memberi gambaran implisit tentang bagaimana orang Indonesia memandang dirinya, alamnya, dan lingkungan sosialnya.

Pola batik yang diketahui bersifat fraktal merupakan sebuah kenyataan bahwa terdapat perspektif alternatif yang ada di kalangan masyarakat dan peradaban Indonesia yang unik relatif terhadap cara pandang modern yang umum.

Keunikan ini merupakan sesuatu yang penting mengingat fraktal merupakan bentuk pemahaman geometri yang mutakhir dan memiliki kesadaran akan kompleksitas sistem dan menanganinya dengan lebih bijaksana.

Batik sebagai sebuah obyek estetika berpola memiliki tata aturan penggambaran pseudo-algoritmik yang dapat diperlakukan sebagai bentuk seni generatif yang memiliki kegunaan:
  • memberikan sumbangan dan inspirasi kepada peradaban umat manusia, khususnya dalam bidang perkembangans seni generatif.
  • mendorong dan memperluas ekslorasi dan apresiasi atas batik sebagai bagian dari seni tradisi nusantara Indonesia.
  • penelitian tentang aspek fraktalitas pada batik secara umum mendorong penggalian lebih jauh tentang aspek kognitif terkait cara pandang dan kebijaksanaan masyarakat terdahulu kita tentang alam dan masyarakat.
  • mengingat eratnya kaitan antara seni dan sains sebagaimana ditunjukkan dalam sejarah perkembangan dan sejarah sains modern.
Read More.. Batik Fraktal, Gabungan Seni dan Teknologi

Teknologi Wireless Charger

by in

Nuniek ; Insya Allah kali ini saya akan membahas tentang apa yang dimaksud dengan Teknologi Wireless Charger, semoga tulisan kali ini dapat bermanfaat..

Beberapa contoh teknologi wireless yakni :

* Infrared (IR), radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio.

* Wireless wide area network (bluetooth), spesifikasi industri untuk jaringan kawasan pribadi (personal area networks atau PAN) tanpa kabel. Bluetooth menghubungkan dan dapat dipakai untuk melakukan tukar-menukar informasi di antara peralatan-peralatan.

* Radio Frequency (RF), menunjuk ke spektrum elektromagnetik di mana gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh pemberian arus bolak-balik ke sebuah antena.

* Wireless personal area network, umumnya memiliki jarak komunikasi maksimal 10m saja, lebih pendek dibandingkan dengan Wireless Local Area Network (WLAN).

* Wireless LAN (802.11), suatu jaringan nirkabel yang menggunakan frekuensi radio untuk komunikasi antara perangkat komputer dan akhirnya titik akses yang merupakan dasar dari transiver radio dua arah yang tipikalnya bekerja di bandwith 2,4 GHz (802.11b, 802.11g) atau 5 GHz (802.11a). Kebanyakan peralatan mempunyai kualifikasi Wi-Fi, IEEE 802.11b atau akomodasi IEEE 802.11g dan menawarkan beberapa level keamanan seperti WEP dan atau WPA.

Teknologi Sederhana
 Sebenarnya teknologi yang digunakan wireless charging bukanlah temuan baru. Teknologinya sama dengan yang digunakan pada dinamo pembangkit listrik atau transformator penaik/penurun tegangan.

Semua perangkat tersebut sama-sama menggunakan hukum Fisika, yaitu bila suatu kumparan kawat dialiri listrik maka akan timbul medan magnet. Sebaliknya, bila suatu kumparan dikenai dengan medan magnet, maka akan timbul aliran listrik pada kawat kumparan. 

Dengan cara yang sama, charger yang berupa kumparan dialiri listrik. Sehingga timbul medan magnet di sekitarnya. Medan magnet ini mengenai kumparan yang telah dipasang di bagian belakang smartphone. Maka pada kumparan di smartphone timbul arus listrik yang seterusnya digunakan untuk mengisi baterai.
Jarak antara kumparan pada charger (transceiver) dan pada smartphone (receiver) harus sedekat mungkin. Makin jauh jaraknya, makin kecil listrik yang ditimbulkan pada kumparan di smartphone. Untungnya para peneliti di MIT pada tahun 2006 telah menemukan teknik resonansi sehingga jarak antara transceiver dan receiver bisa lebih jauh dibandingkan dengan induksi biasa. Mereka berhasil memisahkan kedua kumparan sejauh beberapa meter.

Pada penerapannya, jarak antarkumparan belum sejauh yang diriset di lab. Standar Qi yang dibuat oleh Wireless Power Consortium (WPC)  misalnya mendukung teknologi resonansi magnetik dengan jarak  sampai sejauh 40 milimeter.

Standar Sudah Ada
 Peranti-peranti yang menggunakan wireless charging seharusnya saling kompatibel, sehingga penerapannya bisa lebih luas.
Untuk itulah para vendor yang bekepentingan dengan wireless charging telah membentuk konsorsium yaitu WPC. Kini anggotanya sudah mencapai 120 perusahaan. Hasilnya adalah standar Qi (dibaca chi, yang berasal dari Bahasa Cina yang berarti energi).
Sejak tahun 2009 WPC telah menyertifikasi produk yang memenuhi standar Qi. Produk tersebut tidak terbatas pada perangkat charger untuk smartphone. Pada awal September 2012 lalu WPC mengumumkan telah mensertifikasi 110 produk konsumer mulai dari smartphone, charging pad, game controller, perekam Blu-ray Disc, charger telepon untuk mobil, jam, sampai modul charger yang dapat dipasang di meja dan furnitur lainnya. 

Di antara smartphone yang disertifikasi antara lain LG Optimus LTE2 dan Panasonic Eluga. Dari peranti-peranti yang telah disertifikasi selama ini, menurut WPC, kini sudah terdapat 8,5 juta unit peranti yang dipakai (installed base) di seluruh dunia.

“Industri telah memilih Qi karena keterbukaannya, fleksibel, fully interoperable, dan memberi keleluasaan pada perusahaan untuk menciptakan berbagai jenis produk dan aplikasi berbeda  yang dapat berkerja bersama,” jelas Menno Treffers, WPC Chairman, pada press release-nya awal September lalu. 

Suatu peranti bersertifikat Qi dapat di-charge dengan menempatkannya di bantalan charger berlogo Qi baik itu di kafe, restoran, bandara, di dalam mobil, rumah, kantor, dan tempat-tempat lainnya di seluruh dunia.
Jadi fasilitas wireless charging pada smartphone akan lebih menarik bila peranti charging-nya sudah banyak kita temui di berbagai tempat, termasuk di dalam mobil Anda. Dengan meletakkan smartphone di tempat botol minum di dalam mobil, Anda sebetulnya sedang mengisi ulang baterai selama berkendara.


Read More.. Teknologi Wireless Charger